Partai Rakyat Aceh (PRA)
Partai Rakyat Aceh (PRA). |
Sebuah rumah toko (Ruko) berlantai dua di Ulee Kareng, Banda Aceh, tidak mengesankan sebuah kantor partai politik lokal. Namun siapa duga, itu merupakan Kantor Partai Rakyat Aceh (PRA) yang lolos sleksi untuk mengikuti pesta demokrasi pada 9 April 2009.
PRA dimotori oleh seorang aktivis muda yang tergabung ke dalam Front Perlawanan Demokratik Rakyat Aceh (FPDRA) yang memiliki sayap organisasi yakni organisasi Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat (SmuR) yang dikenal pro demokrasi di Aceh. Organisasi Perempuan Aceh Demokratik (ORPAD), Care Aceh, dan Perkumpulan Demokratik Rakyat Miskin (PDRM). SmuR berafiliasi dengan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokratik (LMND) saat melawan rezim Soeharto. LMND merupakan bagian dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Jakarta. Rata-rata anggota dan pengurus PRA berusia di bawah 30 tahun. Bandingkan dengan pengurus partai nasional atau partai politik lokal lainnya yang pada umumnya berusia di atas 30 tahun.
Perjanjian Helsinki 2005 memberikan kesempatan untuk mendirikan partai politik lokal di Aceh. Peluang ini langsung disambut oleh anak-anak muda tersebut dengan memproklamirkan Komite Persiapan Partai Rakyat Aceh (KP-PRA) di Restoran Lamnyong, Banda Aceh pada 16 Maret 2006. Pendiri partai ini antara lain Thamren Ananda (Ketua), Mulyadi (Divisi Organisasi), Malahayati (Bendahara), Ma’arif (Divisi Kampanye), dan Taqwin (Sekretaris).
Ide mendirikan partai lokal (Parlok) semakin muncul ketika FPDRA menggelar kongres di Saree, Aceh Besar pada 27 Februari 2006. Setelah Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) disahkan pada 11 Juli 2006, PRA pun memproklamirkan partai ini pada 3 Maret 2007 sebagai Parlok pertama. Ini terjadi setelah KP-PRA berkongres membahas platfrom, asas, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, program, dan memilih ketua serta sekretaris pada kongres perdana tanggal 27 Februari sampai 2 Maret 2007 di Aula SMK Lampineung, Banda Aceh.
Kongres ini secara demokratis memilih Aguswandi sebagai pucuk pimpinan partai dan Thamren Ananda sebagai sekretaris jenderal. Setahun kemudian, ketua partai beralih ke tangan Ridwan H Mukhtar. Namun kemudian kembali dipegang lagi oleh Aguswandi setelah Ridwan meninggal dunia karena sakit di Banda Aceh pada 4 Agustus 2008. Thamren menjelaskan partai ini dibentuk oleh aktivis gerakan mahasiswa, pemuda perkotaan, dan petani di pedesaan yang ingin melihat Aceh yang adil, sejahtera, dan modern di masa depan. Lambang partai ini yakni bintang kuning dalam bendera merah.
Salah satu vis PRA yaitu bagaimana cara mengembalikan aset-aset ekonomi kepada rakyat Aceh, seperti Exxon Mobil, PT. Arun yang memproduksi gas alam dan beberapa aset ekonomi yang dominan dimiliki oleh asing. Dalam bahasa rakyat, PRA berobsesi mengembalikan kedaulatan sumber daya kepada rakyat. PRA yang memiliki cabang di 21 kabupaten kota serta di 189 kecamatan dengan pangsar di pedesaan termasuk di Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan pesisir barat Aceh.
PRA membidik pemilih dari kalangan berbasis masa di multisektoral seperti petani, pedagang, buruh, profesional, pekerja LSM, masyarakat kelas menengah ke bawah, serta masyarakat di pedesaan yang mendominasi di Aceh. Sepintas lalu, bendera partai ini mirip dengan bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berlatar belakang merah dan dua garis hitam di atas dan bawah. Bedanya, jika bendera GAM menampilkan bulan sabit dan bintang, bendera PRA memuat satu bintang kuning.
Bagaimana PRA bisa mensosialisasikan programnya? PRA merupakan satu-satunya partai politik lokal yang sejak tahun 2006 sudah menerbitkan koran Haba Rakyat yang terbit bulanan. Selain itu, Organisasi Perempuan Aceh Demokratik dan Care Aceh yang pengurusnya anggota PRA sudah membantu masyarakat pra dan pasca tsunami. Ada kemungkinan aksi ini bisa mengakibatkan daya tarik bagi masyarakat untuk memperbesar jaringan ke berbagai desa. Di sisi lain, PRA memiliki 21 dari 23 struktur Dewan Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Aceh (DPW-PRA) di tingkat kabupaten kota, 189 dari 223 Dewan Pimpinan Daerah Partai Rakyat Aceh (DPD-PRA) di tingkat kecamatan dan lebih 7.000 anggota partai yang terbesar di seluruh Aceh.
Kelemahan secara umum partai ini yaitu belum maksimalnya logistik dalam menghadapi kampanye serta segmen pemilihan PRA berimpitan dengan pemilihan yang dibidik oleh Partai Aceh (PA) dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (Partai SIRA).
Ketua Umum Aguswandi, Sekretaris Thamren Ananda, Bendahara Malahayati, dan Kantor Partai PRA berada di Jalan T. Iskandar, No.174, Desa Lamglumpang, Ulee Kareng, Banda Aceh.
Sumber:
Kawilarang, Harry. 2010. Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki. Banda Aceh: Bandar Publishing.
Editor:
Menulis Sejarah
Editor:
Menulis Sejarah
Labels:
Aceh,
Lembaga Nasional,
Partai Politik,
Sejarah Lembaga,
Sejarah Nasional
Thanks for reading Partai Rakyat Aceh (PRA) . Please share...!